(فصل):
في موجب الغسل. والغسل لغة سيلان الماء على الشيء مطلقاً وشرعاً سيلانه
على جميع البدن بنية مخصوصة (والذي يوجب الغسل ستة أشياء ثلاثة)
منها (تشترك فيها الرجال والنساء وهي التقاء الختانين) ويعبر عن هذا
الالتقاء بإيلاج حي واضح غيب حشفة الذكر منه،أو قدرها من مقطوعها في فرج،
ويصير الآدمي المولج فيه جنباً بإيلاج ما ذكر، أما الميت فلا يعاد غسله
بإيلاج فيه، وأما الخنثى المشكل، فلا غسل عليه بإيلاج حشفته، ولا بإيلاج في
قبله
(و) من المشترك (إنزال) أي خروج (المنيّ) من شخص بغير إيلاج، وإن قل المني
كقطرة، ولو كانت على لون الدم، ولو كان الخارج بجماع أو غيره في يقظة أو
نوم بشهوة أو غيرها من طريقه المعتاد، أو غيره كأن انكسر صلبه، فخرج منيه
(و) من المشترك (الموت) إلا في الشهيد (وثلاثة تختص بها النساء وهي الحيض)
أي الدم الخارج من امرأة بلغت تسع سنين، (والنفاس) وهو الدم الخارج عقب
الولادة، فإنه موجب للغسل قطعاً (والولادة) المصحوبة بالبلل موجبة للغسل
قطعاً، والمجردة عن البلل موجبة للغسل في الأصح.
Fasal yang Mewajibkan Mandi Besar ada Enam
(Fasal) menjelaskan tentang hal-hal yang mewajibkan mandi besar.
Pengertian Mandi Besar
Secara bahasa, mandi bermakna mengalirnya air pada sesuatu secara mutlak.
Secara syara’ adalah bermakna mengalirnya air ke seluruh badan disertai niat tertentu.
Yang Mewajibkan Mandi
Sesuatu yang mewajibkan mandi ada enam perkara.
Tiga di antaranya dialami oleh laki-laki dan perempuan, yaitu bertemunya alat kelamin.
Bertemunya alat kelamin ini diungkapkan dengan arti, orang hidup yang
jelas kelaminnya yang memasukkan hasyafah penisnya atau kira-kira
hasyafah dari penis yang terpotong hasyafahnya ke dalam farji.
Anak Adam yang dimasuki hasyafah menjadi junub sebab dimasuki oleh hasyafah yang telah disebutkan di atas.
Sedangkan untuk mayat yang sudah di mandikan, maka tidak perlu dimandikan lagi ketika dimasuki haysafah.
Adapun khuntsa musykil, maka tidak wajib baginya melakukan mandi sebab memasukkan hasyafahnya atau
Di antara hal yang di alami oleh laki-laki dan perempuan adalah keluar sperma sebab selain memasukkan hasyafah.
Walaupun sperma yang keluar hanya sedikit seperti satu tetes. Walaupun
berwarna darah. Walaupun sperma keluar sebab jima’ atau selainnya, dalam
keadaan terjaga atau tidur, disertai birahi ataupun tidak, dari jalur
yang normal ataupun bukan seperti punggungnya belah kemudian spermanya
keluar dari sana.
Di antara yang dialami oleh keduanya adalah mati, kecuali orang yang mati syahid.
Tiga hal yang mewajibkan mandi adalah tertentu dialami oleh kaum
perempuan. Yaitu haidl, maksudnya darah yang keluar dari seorang wanita
yang telah mencapai usia sembilan tahun.
Dan nifas, yaitu darah yang keluar setelah melahirkan. Maka sesungguhnya nifas mewajibkan mandi secara mutlak.
Melahirkan yang disertai dengan basah-basah mewajibkan mandi secara
pasti. Sedangkan melahirkan yang tidak disertai basah-basah mewajibkan
mandi menurut pendapat ashah.
Pasal Tata Cara Mandi ada Tiga
(فصل): وفرائض الغسل ثلاثة أشياء.
أحدها (النية) فينوي الجنب رفع الجنابة أو الحدث الأكبر ونحو ذلك، وتنوي
الحائض أو النفساء رفع حدث الحيض أو النفاس، وتكون النية مقرونة بأول
الفرض، وهو أول ما يغسل من أعلى البدن أو أسفله، فلو نوى بعد غسل جزء وجب
إعادته (وإزالة النجاسة إن كانت على بدنه) أي المغتسل وهذا ما رجحه الرافعي
وعليه فلا تكفي غسلة واحدة عن الحدث والنجاسة، ورجح النووي الاكتفاء بغسلة
واحدة عنهما، ومحله ما إذا كانت النجاسة حكمية، أما إذا كانت النجاسة
عينية وجب غسلتان عندهما
(وإيصال الماء إلى جميع الشعر والبشرة) وفي بعض النسخ بدل جميع أصول، ولا
فرق بين شعر الرأس وغيره، ولا بين الخفيف منه والكثيف، والشعر المضفور إن
لم يصل الماء إلى باطنه إلا بالنقض وجب نقضه، والمراد بالبشرة ظاهر الجلد،
ويجب غسل ما ظهر من صماخي أذنيه ومن أنف مجدوع، ومن شقوق بدن، ويجب إيصال
الماء إلى ما تحت القلفة من الأقلف، وإلى ما يبدو من فرج المرأة عند قعودها
لقضاء حاجتها، ومما يجب غسله المسربة، لأنها تظهر في وقت قضاء الحاجة،
فتصير من ظاهر البدن
(وسننه)
أي الغسل (خمسة أشياء التسمية والوضوء) كاملاً (قبله) وينوي به المغتسل
سنة الغسل إن تجردت جنابته عن الحدث الأصغر (وإمرار اليد على) ما وصلت إليه
من (الحسد) ويعبر عن هذا الإمرار بالدلك
(والموالاة) وسبق معناها في الوضوء (وتقديم اليمنى) من شقيه (على اليسرى)
وبقي من سنن الغسل أمور مذكورة في المبسوطات منها التثليث وتخليل الشعر.
Niat
(Fasal) fardlunya mandi ada tiga perkara.
Salah satunya adalah niat. Maka orang yang junub niat menghilangkan
hadats jinabah, menghilangkan hadats besar atau niat-niat sesamanya.
Sedangkan untuk wanita haidl dan wanita nifas, niat menghilangkan hadats
haidl atau hadats nifas.
Niat yang dilakukan harus bersamaan dengan awal kefarduan, yaitu awal
bagian badan yang terbasuh, baik dari badan bagian atas atau bagian
bawah.
Mandi Besar yang Disunnahkan
(Fasal) mandi-mandi yang disunnahkan ada tujuh belas mandi.
Yaitu mandi Jum’at bagi orang yang hendak menghadirinya. Dan waktunya mulai dari terbitnya fajar shadiq.
Dan mandi dua hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adlha. Waktunya mandi ini mulai tengah malam.
Mandi sholat istisqa’, yaitu meminta siraman dari Allah Swt.
Mandi karena hendak melakukan sholat gerhana rembulan dan gerhana matahari.
Dan mandi karena memandikan mayat orang Islam atau kafir.
Dan mandinya orang kafir ketika masuk Islam jika dia tidak junub di masa
kufurnya. Atau wanita kafir yang tidak mengalami haidl -saat masih
kufur-. Jika junub atau haidl, maka wajib bagi mereka berdua untuk
melakukan mandi setelah masuk Islam menurut pendapat al ashah. Ada yang
mengatakan bahwa kewajiban mandinya telah gugur ketika masuk Islam.
Dan mandinya orang gila atau pingsan ketika keduanya telah sembuh dan
tidak dipastikan mereka berdua telah mengeluarkan sperma -saat belum
sembuh-.
Sehingga, jika dipastikan bahwa keduanya telah mengeluarkan sperma, maka wajib bagi mereka berdua untuk mandi.
Mandi ketika hendak ihram. Dalam mandi ini, tidak ada perbedaan antara
orang sudah baligh dan selainnya, antara orang gila dan orang yang
memiliki akal sehat, antara orang yang suci dan wanita yang haidl. Jika
orang yang ihram itu tidak menemukan air, maka sunnah melakukan
tayammum.
Mandi karena hendak masuk Makkah bagi orang yang ihram haji atau umrah.
Mandi karena wukuf di Arafah pada tanggal sembilan Dzul Hijjah.
Mandi karena untuk mabit (bermalam) di Muzdalifah, dan karena untuk
melempar jumrah tsalats (tiga jumrah) pada tiga hari tasyrik.
Maka dia sunnah melakukan mandi untuk melempar jumrah setiap hari dari tiga hari tasyrik.
Sedangkan untuk melempar jumrah Aqabah di hari Nahar (hari raya kurban),
maka dia tidak sunnah mandi karena hendak melakukannya, sebab waktunya
terlalu dekat dari mandi untuk wukuf.
Dan mandi karena untuk melakukan thawaf yang mencakup thawaf Qudum, Ifadlah dan Wada’.
Sisa-sisa mandi yang disunnah telah dijelaskan di kitab-kitab yang panjang keterangan.[alkhoirot.org]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar